Minggu, 29 Mei 2016

Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

KiHajar Dewantara memiliki nama asli R.M. Suwardi Suryaningrat. tokoh pejuang pendidikan Indonesia, terlahir pada 2 Mei 1889. Tanggal kelahirannya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau terlahir dalam lingkungan keluarga Kraton Yogyakarta Beliau mengganti namanya tanpa gelar bangsawan agar dapat lebih dekat dengan rakyat. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, beliau belajar di STOVIA, tetapi tidak menamatkannya karena sakit. BeIiau kemudian bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, antara lain De Express, Utusan Hindia,dan Kaum Muda. Sebagai penulis yang handal, tulisannya mampu membangkitkan semangat antikolonialisme rakyat Indonesia.  Seperti salah satu Tulisan beliau yangterkenal “Seandainya Aku Seorang Belanda” (judul asli: Als ik eens Nederlander was) yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik Dr. Douwes Dekker, tahun 1913, membuat Belanda marah. Di usia yang masih terbilang muda disamping kesibukannya sebagai seorang wartawan Ki Hadjar Dewantara juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Ia aktif melakukan propaganda pada organisasi Boedi Oetomo tahun 1908 untuk mensosialisasikan serta menggugah betapa pentingnya persatuan dan kesatuan berbangsa dan bernegara kepada masyarakat Indonesia. Pada 25 Desember 1912 bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.
macam cara yang dilakukan Ki Hajar dewantara demi memperjuangkan kemerdekaan pendidikan Indonesia. Salah satunya dengan seringnya mengubah namanya sediri. Hal tersebut dimasudkan untuk menunjukkan perubahan sikapnya dalam melaksanakan pendidikan yaitu dari satria pinandita ke pinandita satria yaitu dari pahlawan yang berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria, yang mempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan negara. Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Oleh karena itu, nama Hajar Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak- anak. Adapun tujuannya adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Dengan berbagai ide yang dimiliki dari Ki Hajar Dewantara ada satu konsep yang terlupakan. Ki Hajar pernah melontarkan konsep belajar 3 dinding. Kalau kita mengingat masa lalu ketika masih di bangku sekolah, bentuk ruang kelas kita rata-rata adalah persegi empat. Nah, Ki Hajar menyarankan ruang kelas itu hanya dibangun 3 sisi dinding saja. Ada satu sisi yang terbuka. Konsep ini bukan main-main filosofinya. Dengan ada satu dinding yang terbuka, maka seolah hendak menegaskan tidak ada batas atau jarak antara di dalam kelas dengan realita di luar. Banyak karya beliau yang menjadi landasan rakyat Indonesia dalam mengembangkan pendidikan, khususnya kalimat filosofis (selain dari konsep 3 dinding diatas) seperti
"Ing ngarso sung tulodo" Artinya adalah di depan memberi teladan. Dengan kata lain, jika kamu seorang pemimpin, jadilah teladan bagi orang-orang di sekitarmu.
"Ing madyo mangun karso" Kalimat tersebut berarti di tengah membangkitkan kehendak. Jadi gini, di tengah kesibukan kamu juga harus mampu membangkitkan atau menggugah semangat bagi orang-orang di sekitarmu.
"Tut wuri handayani" Arti dari kutipan di atas adalah di belakang memberikan semangat. Jadi, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan yang dimaksud adalah motivasi dan semangat bagi orang-orang sekitar.
Dengan jelas semboyan yang menjadi kalimat filosofi pendidikan ini mampu mengantarkan Indonesia mencapai kemerdekaan. Kemerdekaan yang mampu menunjukkan dimana jati diri dengan tujuan dan arah yang akan dicapai atau diperoleh oleh setiap manusia yang berdiri tegak ditanah Indonesia. Semboyan yang mengantarkan nama baik pendidikan diIndonesia didepan umum. Pendidikan pun menjadi kenginan warga Indonesia untuk mengenal dirinya sendiri. Hal ini sesuai dengan persepsi filsafat bagaimana seorang manusia memanusiakan manusia. Dengan begitu dapa terwujud  melalui pendidikan.


.


0 komentar:

Posting Komentar